Cari Blog Ini
Kamis, 18 April 2013
Kejaksaan Bakal Gugat Delapan Terpidana Korupsi
Sumbawa Besar, SE.
Kejaksaan Negeri Sumbawa bakal mengajukan gugatan terhadap sedikitnya delapan terpidana kasus korupsi yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (Inkrach, red), terkait belum dibayarnya uang pengganti.
“Kami akan mengajukan gugatan perdata terhadap 8 terpidana kasus korupsi karena sampai hari ini mereka belum membayar uang penganti,” ujar Sugeng Hariadi SH. MH., Kajari Sumbawa disela-sela pelantikan pejabat Kasi Datun Kejari Sumbawa, Rabu (17/04).
Diakui Kajari, sejauh ini pihaknya terus berupaya melakukan penagihan uang pengganti kepada delapan terpidana korupsi yang terjadi sejak tahun 2003 silam. Namun upaya tersebut, belum membuahkan hasil karena terpidana tersebut belum sanggup membayar dengan berbagai alasan.
Karenanya, pihaknya tetap berupaya menempuh berbagai cara baik ligitasi maupun non ligitasi—diluar pengadilan--, untuk mengembalikan uang pengganti yang dikorupsi oleh terpidana sebesar Rp 710 juta.
“Ini akan menjadi tugas berat kami, teruma Kasi Datun untuk menyelesaikan tunggakan uang pengganti terpidana tersebut. Uang pengganti berbeda dengan denda, uang pengganti adalah jumlah uang yang dikorupsi,” tukasnya.
Namun demikian, diakui Kajari, ada sejumlah terpidana kasus korupsi yang baru dan telah inkrah saat ini ditangani seksi Pidana Khusus telah membayar uang pengganti tersebut.
“Sesuai UU, wajib hukumnya terpidana membayar uang pengganti, jika tidak maka mereka harus menjalani hukuman subsider. Apabila terpidana tidak sanggup, maka ahli warisnya wajib untuk melunasi,” tandasnya.
Apabila terpidana tidak bisa membayar, lanjut Kajari, maka Jaksa selalu eksekutor akan menyita harta benda yang bersangkutan.
“Tentunya sebelumnya kami akan menghitung terlebih dahulu nilai asset tersebut. Uang pengganti akan disetor ke kas Negara sebagai bagian dari penerimaan Negara,” pungkasnya.(*)
Selasa, 16 April 2013
Senin, 15 April 2013
BENCANA BANJIR, Harian Sumbawa Ekspres Hancur
Jumat, 27 Januari 2006
JAKARTA (Suara Karya) : Banjir badang tak kunjung berhenti menghantui penduduk negeri ini. Setelah melanda sebagian wilayah Jatim dan Lombok Timur, kini musibah mengerikan itu menghajar Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dua orang meninggal dunia dan ratusan rumah penduduk di tiga kecamatan rusak berat.
Banjir bandang juga memorak-porandakan kantor harian Sumbawa Ekspres.
Hampir seluruh perangkat komputer dan mesin cetak rusak berat, sehingga
pengelola harian itu menghentikan penerbitannya. Pemred Sumbawa Ekspres,
Sukrianto mengatakan, kantor redaksi yang sekaligus sebagai tempat
pencetakan koran, terendam air setinggi dua meter. Hampir seluruh
peralatan, seperti komputer dan mesin cetak, rusak berat.
"Belum ada rencana menerbitkan kembali koran ini. Mungkin butuh waktu
lama untuk menyiapkan peralatan baru, baik mesin percetakan maupun
perangkat komputer," kata dia.
Lebih lanjut keterangan yang dihimpun menyebutkan, banjir bandang
mengakibatkan puluhan rumah hanyut dan sekitar 200 rumah lainnya rusak
berat. Sebagian besar rumah berlokasi di bantaran sungai sepanjang
sekitar lima kilometer dari Kelurahan Samapuin di daerah hulu hingga
Karang Padak, Desa Labuan Sumbawa, Kecamatan Badas yang merupakan muara
kali.
Dua korban yang meninggal yakni Nia Ramadani (8 bulan) dan satu orang
yang belum diketahui identitasnya. Nia meninggal dalam gendongan ibunya.
Di beberapa tempat yang lain dilaporkan terjadi bencana tanah longsor,
sedikitnya enam titik di jalan raya Sumbawa-Batu Dulang tertutup batu
dan lumpur yang dibawa air dari perbukitan yang selama ini dijadikan
ladang oleh masyarakat.
Belasan titik tanah longsor juga terlihat di Kecamatan Moyo Hulu, Lape
dan Kecamatan Lunyuk. Kabag Humas Pemkab Sumbawa, Drs. Arif, MSi
mengatakan, jumlah kerugian diperkirakan mencapai Rp 18 miliar belum
termasuk kerusakan ladang dan lahan pertanian masyarakat dan hilangnya
dokumen-dokumen penting milik masyarakat serta infrastruktur yang
dibangun tahun 2005.
Sementara itu di Kabupaten Maros, Sulsel, dilaporkan ratusan rumah dan
ribuan hektare sawah terendam banjir. Ketinggian air mencapai dua
meter, akibat luapan Sungai Cendrana 'E. Namun belum ada laporan korban
jiwa.
Sejumlah sekolah juga meliburkan muridnya karena gedung-gedung mereka
tergenang air. Ada empat kecamatan yang dilanda banjir tersebut; yakni
Maros Baru, Bantimurung, Simbang, dan Turikale yang semuanya adalah
sentra produksi padi dan dilintasi oleh sungai Cendrana`E.
Namun yang paling parah dilanda banjir adalah Kecamatan Simbang dengan
ketinggian air mencapai dua meter. Penduduk di sejumlah desa di
Kecamatan Simbang ini telah mulai mengungsi ke tempat-tempat yang aman
karena rumah mereka tergenang.
Dilaporkan, Kecamatan Simbang hingga Kamis sore tidak bisa dijangkau
dengan kendaraan darat karena jalanan telah tertutup air dengan
ketinggian satu sampai dua meter.
Menurut penduduk setempat, air Sungai Cendrana`E mulai meluap pada Rabu
sekitar pukul 21.00 Wita dan ketinggian air dikhawatirkan terus naik.
Ribuan hektare areal persawahan yang baru ditanami dikhawatirkan rusak
total bila air tidak segera surut.
Maros pernah dilanda banjir bandang pada Desember 2003 yang
mengakibatkan sedikitnya tiga orang tewas dan ribuan hektare lahan
persawahan rusak total dan kerugian material mencapai puluhan miliar
rupiah.
Masih Mengungsi
Sementara itu, dari Jombang dikabarkan ratusan warga di sejumlah desa
di Kecamatan Wonosalam dan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur,
hingga Kamis masih bertahan di pengungsian karena rumahnya hancur dan
rusak berat.
Tak kurang dari 76 kepala keluarga atau sekitar 250 jiwa, sangat
membutuhkan uluran tangan. Kebanyakan mereka berasal dari desa-desa
seperti Desa Galengdewo, Wonosalam dan Tegalrejo. Kemudian ada sekitar
65 jiwa yang berasal dari Kecamatan Bareng, seperti Desa Karangan,
Tebel dan Kebon Dalem.
Mereka tinggal di rumah-rumah saudaranya yang berada di lokasi aman,
jug di tenda-tenda darurat dan tempat penampungan lain yang telah
disiapkan sebelumnya, seperti gedung sekolah.
Pemerintah Kabupaten Jombang telah menyalurkan bantuan makanan dan
minuman, seperti beras, mie instan dan air mineral kepada para
pengungsi. Selain itu, juga disiapkan bantuan obat-obatan untuk
mengantisipasi munculnya penyakit pasca-bencana.
Banjir bandang di Kabupaten Jombang melanda sedikitnya lima kecamatan;
yakni Kecamatan Wonosalam, Bareng, Sumobito, Mojoagung, dan Mojowarno.
Wilayah Kecamatan Wonosalam merupakan daerah terparah terkena banjir
bandang tersebut. (Sadono/Ant)
JAKARTA (Suara Karya) : Banjir badang tak kunjung berhenti menghantui penduduk negeri ini. Setelah melanda sebagian wilayah Jatim dan Lombok Timur, kini musibah mengerikan itu menghajar Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dua orang meninggal dunia dan ratusan rumah penduduk di tiga kecamatan rusak berat.
10 WARTAWAN NTB RAIH ANUGERAH KARYA JURNALISTIK BATU HIJAU
Sabtu, 05 Maret 2011 08:59 - Laporan anwar maga
Mataram, 4/3 (ANTARA) - Sebanyak 10 orang wartawan di Nusa Tenggara
Barat meraih Anugerah Karya Jurnalistik Batu Hijau, setelah memenangkan
Lomba Karya Jurnalistik Batu Hijau 2011 yang diselenggarakan PT Newmont
Nusa Tenggara.Penganugerahan Karya Jurnalistik Batu Hijau 2011 itu digelar Jumat (4/3) malam di Ball Room Hotel Grand Legi, di Kota Mataram, oleh Asisten III Setda Nusa Tenggara Barat (NTB) H. Sanusi, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB Eko Bambang Sutedjo dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTB H. Ismail Husni, dan pejabat PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).
Dari 10 wartawan penerima Anugerah Karya Jurnalistik Batu Hijau 2011 itu, delapan orang diantaranya beragama Islam sehingga mendapatkan hadiah perjalanan umrah yang dijadwalkan 15 Mei mendatang, dan uang pembinaan.
Dua wartawan lainnya non-muslim sehingga berhak mengikuti perjalanan kunjungan ke tambang Newmont Boddington di Perth Australia, yang dijadwalkan 13-16 April 2011, dan uang pembinaan.
Lomba karya jurnalistik yang digelar sejak 11 Januari hingga 22 Februari itu itu bertema Peluang, Tantangan dan Peran Industri Pertambangan Bagi Pembangunan NTB.
Pesertanya sebanyak 54 orang wartawan dari 23 perusahaan pers di Pulau Lombok dan Sumbawa, yang mengirimkan 51 naskah kategori "straight news" (berita lempang) dan 52 naskah "feature" (berita berdedalaman).
Ke-10 pemenang lomba karya jurnalistik itu untuk kategori "straight news" maisng-masing Fahrurozi (Suara NTB), Khaerul Anwar (Kompas), Muhammad Irfan (Gaung NTB), Anwar Maga (LKBN Antara), Haliludin (Lombok Pos).
Untuk kategori "feature" dimenangkan oleh Sukrianto (Sumbawa Ekspres), Panca Nugraha (Koran Berita), Khairil Zakaria (Gaung NTB), Desak Raka Akriani (Suara NTB), Abet Kamarudin (Lombok Pos).
Perlombaan serupa juga diikuti wartawan yang melakukan liputan di lingkungan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), namun akan diumumkan tersendiri di Jakarta, 24 Maret mendatang.
Ketua Panitia Lomba Karya Jurnalistik Batu Hijau 2011 Kasan Mulyono yang juga Manajer Public Relations PTNNT, melaporkan, lomba itu digelar terkait peringatan 90 tahun Newmont Mining Corporation (NMC) dan 11 tahun PTNNT.
Penjurian dilakukan oleh dua juri independent masing-masing Pakar Komunikasi DR Kadri dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dan Prof. Galang Asmara dari Universitas Mataram (Unram) yang kini menjabat Dekan Fakultas Hukum.
Indikator penilaian menurut tim juri yakni unsur bahasa, verifikasi, proporsional dan orisinil atau keaslian naskah.
"Lomba ini dimaksudkan untuk memberikan wadah bagi wartawan NTB untuk melakukan apresiasi karya jurnalistik, sekaligus mendorong peningkatan profesionalisme insan pers dan meningkatkan pemahaman media massa terhadap industri pertambangan," ujar Kasan.
Manajer Senior Hubungan Eksternal PTNNT Arif Perdanakusumah mengatakan, penganugerahan Karya Jurnalistik Batu Hijau 2011 itu untuk pertama kalinya digelar dan tentunya masih jauh dari kesempurnaan.
Namun, ia berharap hadiah yang diberikan menjadi penyemangat untuk terus berkarya memajukan jurnalistrik di NTB, dan memiliki kontribusi signifikan dalam kemajuan pembangunan NTB.
Menurut dia, PTNNT telah beroperasi selama 11 tahun dan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat NTB.
"PTNNT juga telah mengabadikan kerjanya untuk turut mendukung pembangunan NTB dan turut menyumbang pendapatan daerah dan nasional serta melaksanakan program tanggungjawab sosial," ujarnya.
Arif mengakui, keberadaan PTNNT di tengah-tengah masyarakat NTB tidak lepas dari peran dan dukungan media massa. (*)
Minggu, 14 April 2013
Warga Sumbawa Selatan Dambakan Perbaikan Infrastruktur
Sumbawa Besar, SE.
Warga sejumlah Kecamatan di wilayah
Sumbawa Selatan saat ini mendambakan perbaikan dan pembangunan infrastruktur
guna meningkatkan taraf hidup mereka.
Sukarno, warga Desa Sampar Goal
Kecamatan Lunyuk, kepada rombongan wartawan Sumbawa di kediamannya, Kamis
(11/04) menyebutkan, warga setempat saat ini
terisolasi terutama saat musim
penghujan karena belum adanya jembatan.
Warga Desa yang berjarak sekitar 20 km
dari ibu kota kecamatan Lunyuk itu, mengaku kesulitan untuk menjual hasil bumi
mereka saat musim penghujan. Sebab, untuk menuju ke pusat kecamatan hanya
dihubungkan oleh dua jembatan limpas, sebuah jembatan darurat. Namun demikian,
ruas jalan jalur lingkatan selatan sejauh ini sudah di hotmix.
“Dari desa kami ke Lunyuk Rea sekitar
20 km, kami harus melalui sungai empat kali tanpa adanya jembatan. Memang ada
jembatan limpas, tapi kalau air sungai meluap kami tidak bisa menyebrang. Jalan
sih sudah bagus di hotmix,” ujarnya.
Kondisi tersebut, diperparah lagi
dengan belum adanya listrik dan sarana air bersih yang melayani desa di pesisir
pantai selatan tersebut. Warga setempat menggunakan lampu minyak tanah dan
mesin genset untuk penerangan. Begitu juga sarana telekomunkasi, wilayah
tersebut belum dilayani telepon seluler.
“Kami menggunakan mesin genset untuk
kebutuhan listrik, menghabiskan sekitar 10 liter bensin untuk sehari semalam.
Sinyal HP disini ndak ada, kalau mau nelpon nyari sinyal ketempat lain. Kalau
air bersih kami masih mengandalkan air sungai untuk kebutuhan sehari hari. Kami
sangat berharap pemerintah membantu kami rakyat kecil,” katanya.
Pantauan
wartawan media ini, jalan penghubung antar desa di wilayah selatan itu sudah
dihotmix. Hanya saja, terputus di empat sungai karena belum adanya jembatan
permanen. Warga setempat terpaksa menyeberangi sungai salah satunya
memanfaatkan jembatan limpas dan jembatan darurat dari kayu.
Camat
Lunyuk, Lukmanuddin S.Sos, ketika ditemui membenarkan kondisi tersebut.
Diakuinya,
pembangunan jembatan permanen pernah dijanjikan akan dibangun pihak PT Wijaya
Karya selaku kontraktor pelaksana pembangunan jalan lingkar selatan beberapa
tahun lalu. Namun sejauh ini, pembangunan jembatan tersebut belum juga
terealisasi.
“Kami
sangat berharap pembangunan jembatan itu bisa terwujud melalui dana APBN atau
mungkin dari pihak ketiga sudi kiranya membantu kami mengatasi persoalan
tersebut,” harapnya.(*)
Langganan:
Postingan (Atom)